Home / Pariwisata dalam Perspektif Statistik

Berita & Artikel - Artikel

Pariwisata dalam Perspektif Statistik

Oleh :

Rudy Rinaldy

(Kepala Dinas Kominfo Kota Padang)

Yosi Suryani

(Dosen Politeknik Negeri Padang)

Banyak negara didunia ini yang mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan utama negaranya. Bagi yang memiliki view yang menakjubkan dan ditunjang oleh keramah-tamahan budaya lokal yang unik, maka negara ini tidak sulit menjadi destinasi utama pariwisata dunia.

Bagi negara dengan view yang pas-pasan, mereka mengolah sedemikian rupa potensi alakadarnya tersebut menjadi sesuatu yang luar biasa, sehingga suatu ketika menjadi destinasi utama juga.

Banyak daerah di negara kita juga demikian, termasuk Provinsi Sumatera Barat, dan Kota Padang khususnya. Sedemikian pentingnya pariwisata, bahkan sudah dicantumkan capaiannya dalam visi dan misi tiap Kepala Daerah.

Pariwisata juga sudah menjadi industri sejak lama dengan segala macam bentuk turunannya. Banyak sektor lain terangkat karenanya yang secara langsung membuka lapangan kerja yang cukup besar. Bahkan diyakini tenaga kerja sektor informal banyak diciptakan dari dunia pariwisata dan turunannya.

Dunia pariwisata begitu luas. View, budaya, kearifan lokal, kerajinan tangan, keramah-tamahan, kuliner, well transportation, akses internet, penginapan, magic stories, keamanan, comfort, aksesibilitas, ketersediaan energi, air bersih, fresh air, dan masih banyak lagi hal lainnya, sehingga dunia pariwisata bisa menyentuh siapa saja. Tetapi pariwisata juga sangat rrentan terhadap banyak hal. Misalnya saat kita masih dilanda pandemi covid-19 seperti saat ini, dunia pariwisata mengalami dampak negatif yang luar biasa pula.

Ada banyak instrumen dan indikator untuk mengukur keberhasilan pariwisata. Namun tidak demikian halnya jika kita akan mendeteksi superioritas dunia pariwisata dalam perspektif statistik melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dipublikasi oleh BPS, yang menginformasikan performance 17 lapangan usaha atau sektor setiap tahun.

Dalam struktur PDRB tersebut tidak ditemukan pariwisata sebagai salah satu sektor dari 17 sektor yang ada. Jika ditelusuri lebih dalam, maka pariwisata sebenarnya berada di sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (sektor yang ke 9 dalam struktur PDRB Kota Padang). Hotel, pondok wisata, restoran, dan event catering, diantaranya merupakan variabel bebas dari sektor ini.

Kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2020 yang lalu sebesar Rp. 745,82 Milyar (atau sekitar 1,2%). Besaran kontribusi ini merupakan yang terendah selama 5 tahun terakhir. Hal ini dapat dipahami karena pariwisata merupakan bidang yang sangat rawan dan rentan terhadap apa saja, termasuk oleh pandemi covid-19 yang sudah kita alami sejak setahun yang lalu.

Kontribusi sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan/Minum selama 5 tahun terakhir menurut BPS Kota Padang adalah ; tahun 2016 sebesar Rp. 575,21 Milyar (1,36%), tahun 2017 sebesar Rp. 689,42 Milyar (1,42%), tahun 2018 sebesar Rp. 828,55 Milyar (1,44%), dan tahun 2019 sebesar Rp. 935,09 Milyar (1,50%) merupakan konstribusi tertinggi selama 5 tahun terakhir.

Berdasarkan distribusi angka-angka tersebut diatas maka dapat dikatakan bahwa rata-rata selama 5 tahun kontribusinya hanya sekitar 1,38% per-tahun dari total PDRB Kota Padang. Angka ini sangat kecil sekali jika dibandingkan dengan gaung pariwisata secara umum. Bandingkan dengan kontribusi sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor tahun 2020 sebesar 16,41%. Atau bandingkan dengan kontribusi sektor Indutri Pengolahan di tahun yang sama sebesar 11,87%.

Mengapa kontribusi sektor ini sangat kecil padahal hampir setiap hari kita bicara dan diskusi soal pariwisata ? Dan semua daerah berlomba-lomba membenahi dirinya untuk menjadi destinasi wisata, padahal data meng-claim bahwa kontribusi sektor ini tidak sampai 2,0% dari total PDRB ?

Disinilah letak unik dan magnet poariwisata itu sendiri. Didalam struktur PDRB, pariwisata tidak ditetapkan sebagai salah satu sektor, melainkan ‘numpang’ di sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan/Minum. Didalam manual Sistem Neraca Nasional tahun 2008 juga tidak ditemukan nomenklatur pariwisata. Sektor ini berada diurutan ke 15 penyumbang PDRB bagi Kota Padang tahun 2020 yang lalu. Sangat kecil, bahkan hampir tidak ada nilainya.

Namun karena pariwisata sifatnya universal, maka level pembicaraan mengenai pariwisata selalu bersifat strategis, urgent, sering, mandatory, melibatkan berbagai pemangku kepentingan, hampir tiada henti, mulai dari warung pinggir jalan sampai hotel bintang 5, mulai buruh pabrik sampai CEO, bahkan untuk mengurusnya sudah ada Kementerian khusus ditingkat pusat, dan ada Dinas Pariwisata di daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.

Sebegitu pentingnya urusan pariwisata, kadang-kadang membuat kita lupa banyak hal untuk menanganinya. Persoalan jeleknya pariwisata hampir tiap saat ada didepan mata, tetapi kita selalu lupa dan abai untuk mengtatasinya.

Bukittinggi misalnya, kota wisata di Sumatera Barat yang sudah diketahui oleh seluruh penduduk Indonesia, bahkan sebagian penduduk dunia. Tetapi selama beberapa dasawarsa kita tidak pernah berfikir dan mengeksekusi bagaimana caranya agar akses keluar/masuk kota wisata tersebut tidak terganggu oleh aktifitas lain.

Animo dan demand kunjungan ke Bukittinggi sungguh luar biasa. Tetapi untuk bisa masuk kota saja dari arah utara misalnya (dari arah Kota Padang) pada hari dan waktu normal, kita harus super sabar karena traffic terganggu cukup parah. Padahal jarak tempuhnya dekat.

Bagaimana pula kita warga Sumatera Barat akan membanggakan Kota Bukittinggi dan memberikan kesan spesial kepada semua wisatawan, manakala untuk urusan akses saja tidak bisa kita selesaikan. Hal ini pula yang menjadi salah satu sebab mengapa objek wisata kita gagal bersaing dengan objek wisata lain di tanah air. Belum lagi kekuatan media online.

Aksesibilitas yang tidak nyaman bagi wisatawan, akan menyisakan kesan jelek yang pada gilirannya para wisatawan enggan datang lagi, dan kita tidak kompetitif lagi. Berbeda dengan destinasi wisata terkenal di dunia, dimana kita rela datang berkali-kali karena memang semunaya serba nyaman.

Meskipun kotribusinya hampir tidak berarti, urusan pariwisata yang melekat di sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan/Minum, diharapkan akan terus meningkat setiap waktu. Urusan yang sangat luas ini hendaknya menjadi trigger bagi kita untuk segera berbenah diri disegala lini. Semua stake holders harus terlibat untuk memperlihatkan bahwa kontribusi yang kecil ini mempunyai peran besar terhadap kehidupan orang banyak.(*)

Tulisan ini terbit di Harian Padang Ekspres, Kamis tanggal 29 April 2021