Padang - Pasar Raya Padang punya banyak cerita. Mereka yang terlahir dan kini disebut sebagai generasi X maupun generasi milenial pasti mengetahuinya. Bahwa di bawah gedung Fase VII (Matahari Departemen Store) dulunya terdapat bofet yang selalu disinggahi para pembeli.
Namanya Bofet Garuda. Dulu, tempat melepas selera itu hanya menghuni satu petak toko. Tetapi peminatnya datang silih berganti. Ramai.
Bofet Garuda sudah ada sejak sekitar tahun 1980-an. Menu makanan yang paling diincar dan disukai yakni Soto Padang dan Gado-Gado. Selain itu juga ada bistik kentang, nasi goreng, mie goreng, dan lainnya. Minuman yang menyegarkan yakni es tebak. Harganya pun "manenggang" pas di kantong.
Bofet ini selalu ramai. Ramai oleh "induak-induak" yang pergi "manuka" (belanja) di pasar. Penat berbelanja dan keliling pasar, ujung-ujungnya pasti melipir ke Bofet Garuda. Mengganjal perut yang terasa lapar sambil mengisi "amunisi" agar setelah itu bisa kembali berkeliling Pasar Raya yang seluas nagari.
Bofet Garuda pernah jaya di masanya. Namun akhirnya tenggelam setelah gempa besar melanda Kota Padang tahun 2009. Bangunan Fase VII mengalami kerusakan di mana-mana. Atap bocor, gedung dan lantai retak. Pengunjung lebih memilih berbelanja di luar gedung Fase VII.
Kondisi itu terjadi cukup lama. Fase VII sepi. Begitu juga Bofet Garuda. Hingga pada sekitar tahun 2019, bofet itu tutup.
Sekian lama vakum, Bofet Garuda yang melegenda itu muncul kembali. Bofet itu tampil dengan wajah baru di tempat yang baru di gedung Fase VII. Gedung Fase VII yang selesai dibangun oleh Pemko Padang melalui bantuan dana pusat, menampung pedagang yang telah lama berjualan di sana. Termasuk Bofet Garuda
"Setelah lima tahun vakum, kini Bofet Garuda hadir kembali," kata Fikru, cucu pemilk Bofet Garuda saat ditemui, Sabtu (18/10/2025).
Fikru merupakan generasi ketiga pemilik Bofet Garuda. Lelaki yang masih berusia 18 tahun itu memilih merintis kembali kejayaan Bofet Garuda.
"Lima tahun belakangan, orangtua memilih mengembangkan usaha ini di Jakarta, untuk kemudian kembali ke kampung halaman," ungkapnya.
Fikru mengaku, setelah Gedung Fase VII selesai dibangun, orangtua memilih kembali melayani pembeli. Kini, Bofet Garuda tidak lagi berada di lantai dasar Fase VII. Tetapi di lantai dua.
"Pemko Padang sengaja menempatkan pedagang kuliner di lantai atas untuk menghindari terjadinya kebakaran yang dapat menghanguskan seluruh gedung," terangnya.
Menu yang dihidangkan bagi pengunjung masih tetap sama. Tidak ada perubahan. Soal rasa, tidak ada yang berubah. Karena yang memasak menu makanan masih "pemain lama", Vanni---generasi kedua Bofet Garuda.
"Sekarang ibu di rumah, ibu yang memasak di rumah, kami yang menghidangkan di sini," aku Fikru.
Harga makanan di Bofet ini cukup terjangkau. Seporsi Soto Garuda dijual Rp20 ribu. Kemudian Gado-Gado, Nasi Goreng dan lainnya dijual Rp15 ribu seporsi. Sedangkan minuman dijual Rp12 ribu.
"Selama ini memang banyak yang bertanya dan mencari Bofet Garuda, kini kami hadir dengan kekuatan baru," jelas Fikru.
Bagi yang ingin mengulang kembali kenangan lama, datanglah ke Bofet Garuda. Ketika penat berkeliling Pasar Raya, singgahlah.(Charlie Ch. Legi)
Lainnya