Dibesarkan "Induak Bako", Cita-Cita Syafira Jadi Dokter Tak Terhenti

post

Dibesarkan "Induak Bako", Cita-Cita Syafira Jadi Dokter Tak Terhenti

LANGKAH kaki Syafira Ichwansyah Putri lebih cepat. Sedangkan wanita paruh baya yang berada di sampingnya tak kuasa mengimbangi kecepatannya. Syafira ingin segera tiba di sekolah baru.

"Ayo cepat Bunda, Fira tak sabaran," ujar Syafira ke Bundanya.

Pagi itu Syafira dan Bundanya harus datang ke sekolah barunya, SMPN 2. Dirinya bakal menerima Kartu Padang Juara, seragam dan LKS gratis. Wali Kota Padang menyerahkannya kepada ratusan siswa kelas VII, Jumat (11/7/2025).

"Cepat Bunda, nanti kalau terlambat, bisa tak bertemu pak wali kota," kata Syafira sambil terus menggamit tangan Bundanya.

Syafira diterima di SMPN 2. Gadis cantik itu lulus jalur afirmasi pada SPMB kemarin. Allah SWT sudah menggariskan Syafira untuk menimba ilmu di sekolah favorit itu.

Syafira anak piatu yang telah lama kehilangan ibu kandungnya. Sejak selesai Taman Kanak-Kanak, Syafira tak lagi punya ibu.

"Setelah ibunya berpulang, kami yang membesarkan Syafira bersama--sama," ungkap Rini Ismaniar yang selama ini dipanggil Bunda oleh Syafira.

Rini merupakan adik kandung ayah Syafira. "Induak Bako" nya itu begitu sayang kepada Syafira. Kasih sayangnya tercurah hebat. Sudah seperti ke anak sendiri.

Ayah Syafira memang jarang berada di Padang. Sebab ayahnya bekerja sebagai sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Ketika "menambang", ayahnya sampai ke Jawa sana.

"Kalau bus sedang rusak, ayahnya di Solok, karena beristri orang sana," ungkap Rini.

Ibu kandung Syafira mengalami sakit setelah melahirkan Syafira. Rini menceritakan bahwa ketika Syafira dilahirkan, butuh 100 kantong darah untuk menaikkan kembali trombosit ibunya itu.

"Beberapa tahun setelah itu, ketika Syafira tamat TK, ibunya wafat," kenang Rini.

Praktis sejak saat itu, Syafira dibesarkan Rini. Wanita yang dulunya bekerja sebagai pramuniaga itu menyiapkan segala sesuatu keperluan Syafira di rumah maupun sekolah. Ketika kesulitan, Rini minta bantuan kepada saudara-saudaranya yang lain.

"Kami semua 'badoncek' (mengumpulkan uang bersama-sama) asalkan Syafira bisa terus sekolah," ungkap Rini.

Perhatian lebih itu tak membuat Syafira menjadi anak yang manja. Syafira justru tekun belajar. Saat bersekolah di SD 27 Olo, Syafira kerap meraih juara kelas. Kadang juara II, sesekali juara III.

"Di sekolah, Syafira selalu menggembirakan kami dengan prestasi yang diraihnya, Syafira punya cita-cita ingin jadi dokter, mungkin karena waktu kecil sering melihat mendiang ibunya dirawat di rumah sakit," ungkap Rini.

Selasa pagi itu, Syafira terpanggil untuk menerima Kartu Padang Juara. Syafira menerima itu karena memang selama ini masuk ke dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial.

"Selama ini kami memang mengeluhkan mahalnya biaya beli seragam, LKS maupun peralatan sekolah lainnya, dengan program pak wali kota ini, kami sangat terbantu. Kami tidak lagi memikirkan biaya beli seragam, LKS dan lainnya," ujar Rini.

Sepulang dari sekolah barunya, Syafira nampak ceria. Tas besar berisi baju-baju seragam gratis itu disimpannya. Cita-cita menjadi dokter terus digantungkannya. Doa dari orang-orang terkasih selalu dilangitkan.

Mulai Senin (14/7/2025) depan, Syafira akan melanjutkan perjuangannya di SMPN 2. Belajar lebih tekun untuk meraih cita-citanya. Menjadi dokter terbaik, terutama bagi keluarga "Bako" yang telah berjasa membesarkannya.(Charlie Ch. Legi)

Kirim Rating

`

Setup